Pada akhir bulan September yang lalu, di Bogor, Jawa Barat, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, menyoroti pentingnya pemanfaatan kedelai dalam industri pengolahan menjadi produk tempe bagi para pelaku industri kecil dan menengah (IKM). Hal ini dikarenakan produk pangan berbahan baku kedelai memiliki pangsa pasar yang signifikan karena dapat diterima oleh hampir semua kalangan masyarakat.
Direktorat Jenderal IKMA Kementerian Perindustrian telah memberikan bimbingan kepada banyak pelaku IKM, termasuk produsen tempe, dan berhasil membawanya menguasai pasar lokal serta merambah ke pasar internasional. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2022, rata-rata konsumsi tempe per kapita per tahun mencapai 7,3 kg, sementara konsumsi tahu per kapita per tahun sebesar 7,7 kg.
Angka-angka tersebut mencerminkan minat tinggi pasar dalam mengonsumsi produk tahu tempe, mungkin karena harganya yang terjangkau dan kandungan gizi yang sehat. Sebagian besar kacang kedelai diolah menjadi produk tahu dan tempe, mencapai 90 persen dari total produksi. Sisanya diolah menjadi produk olahan pangan seperti kecap, tauco, dan lainnya. Hal ini menunjukkan besarnya nilai ekonomi dari industri produsen tahu dan tempe.
Reni Yanita menjelaskan, “Hal ini juga dikarenakan cara pengolahan yang mudah, mesin dan peralatan yang sederhana sehingga tahu tempe banyak diproduksi di seluruh pelosok tanah air, namun tetap dominan berada di Pulau Jawa, terutama di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, dan sebagian besar pelaku merupakan skala kecil.”
Selain itu, Reni juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas tahu tempe yang dihasilkan oleh produsen. Faktor kebersihan dan higienitas dalam proses produksi juga menjadi fokus untuk memenuhi standar internasional dan mendapatkan penerimaan dari masyarakat global.
Meskipun ada berbagai tantangan dalam pengembangan IKM tahu dan tempe, seperti fluktuasi bahan baku, adopsi teknologi yang rendah, kurangnya standardisasi, dan isu lingkungan, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal IKMA terus berupaya untuk mendukung efisiensi dan higienitas produksi tahu tempe, serta menjaga kelestarian lingkungan.
Reni Yanita mengungkapkan, “Mengingat tahu tempe merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, Kemenperin melalui Ditjen IKMA terus melakukan upaya untuk meningkatkan dan mendukung produksi tahu tempe yang lebih efisien dan lebih higienis dengan meningkatkan kapasitas pelaku IKM tahu tempe melalui pentingnya menjaga mutu, higienitas proses produksi, dan diversifikasi produk.”
Peresmian rumah produksi kedua IKM Rumah Tempe Azaki pada tanggal 26 September 2023 menjadi momen penting dalam rangkaian upaya ini. Acara tersebut dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia, Sung Y Kim. IKM Rumah Tempe Azaki, sebagai salah satu IKM yang dibina oleh Ditjen IKMA, telah menerapkan berbagai standar keamanan pangan seperti HACCP, SNI, BPOM, dan Halal.
IKM Rumah Tempe Azaki juga telah berhasil mengekspor produknya ke berbagai negara, termasuk Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat, dengan volume ekspor tempe beku mencapai rata-rata 44 ton per bulan pada tahun 2023. Hal ini menjadi bukti kesuksesan produsen tahu tempe dalam meraih pasar internasional dengan produk berkualitas.(Mr)
Sumber :Indonesia.go.id